Keributan kembali terjadi dalam sidang Panitia Khusus Angket Century DPR. Kali ini yang ribut adalah Politisi Gayus Lumbuun mengaku telah berdamai dengan Benny K Harman.
"Apakah Anda mengerti teori sistem? Saya tanyakan ini karena menurut teori sistem, Bank Century adalah subsistem dari sistem ekonomi nasional, yang akan berpengaruh terhadap sistem keuangan nasional. Ini juga ada kaitannya dengan status Century sebagai bank gagal berdampak sistemik," demikian Benny K Harman melontarkan pertanyaan kepada para ahli ekonomi yang diundang pansus dalam rapat Pansus Angket Century di Gedung DPR RI, 21 Januari 2010. Pertanyaan itulah yang menjadi awal keributan "sistemik" di Pansus.
Kata "sistem" dan "sistemik" memang kini seolah menjadi trend sejak kasus Century mengemuka. Tercatat, tak kurang dari lima kali Benny mengucapkan kata "sistem" maupun "sistemik" dalam satu kali lontaran pertanyaan. Namun pertanyaan tersebut berbuah masalah, ketika Benny tak puas dengan jawaban para ahli, yang ia rasa bukan merupakan ahli teori sistem. Benny pun mulai mempertanyakan bidang keahlian dan kompetensi para pakar tersebut.
"Anda ahli apa?" tanya Benny kepada salah satu ahli, Ichsanuddin Noorsyi. "Saya disebut ahli ekonomi politik," jawab Ichsanuddin. "Siapa yang menyebut Anda ahli ekonomi politik?" tanya Benny lagi. "Surat Rektor UGM," jawab Ichsanuddin kalem. Namun keterangan ini rupanya tak memuaskan Benny. Ia kemudian mengawali pertanyaannya kepada Ichsanuddin dengan kalimat "Kepada Anda yang mengaku-aku ahli ekonomi politik." Sontak perilaku Benny ini diprotes Gayus Lumbuun selaku pimpinan rapat, karena dianggap tak patut.
Gayus mengingatkan Benny untuk menghormati para ahli ekonomi tersebut. Menanggapi peringatan Gayus itu, Benny hanya sedikit merubah pola kalimatnya menjadi "Kepada Anda yang disebut-sebut ahli ekonomi politik." Melihat kebandelan ini, Gayus pun berang. "Kita harus menghormati para ahli. Kita sendiri yang sepakat untuk mengundang mereka kemari," tegas Gayus. Namun Benny tampak tidak sepaham dengan Gayus, sehingga mereka berdua pun terlibat adu mulut.
Di tengah adu mulut tersebut, anggota Pansus dari Fraksi Golkar, Agun Gunandjar Sudarsa, melakukan interupsi. "Saya keberatan dengan cara Saudara Benny meminta keterangan kepada ahli. Kita sendirilah (Pansus) yang sudah mengklasifikasikan, men-declare, dan mengakui mereka sebagai ahli, sehingga mereka diundang ke sini," tegas Agun. Bagai gayung bersambut, anggota Pansus dari Fraksi PDIP, Eva Kusuma Sundari, juga menyambung dengan interupsi senada. "Saya mendukung Pak Agun. Kita di sini tidak sedang uji kebijakan moneter. Mohon fokus pada substansi masalah," tandasnya.
Melihat keberatan serupa dari sejumlah anggota Pansus, Gayus pun kembali meminta Benny agar menghargai para ahli sebagai tamu, tanpa perlu mempertanyakan kapasitas mereka. "Mereka di sini karena kita ingin meminta keterangan mereka. Kalau tidak butuh keterangan mereka, ya tidak apa-apa. Biar yang lain yang butuh saja," ujar Gayus kepada Benny.
Terdesak, Benny pun tidak lagi meributkan soal kompetensi para ahli. Namun, baru beberapa detik Benny mulai melontarkan pertanyaan kembali kepada mereka, ia lagi-lagi diprotes karena menyebut para ahli sebagai "saksi ahli." Gayus kembali memotong kalimat Benny, dan mengingatkan bahwa para undangan adalah "ahli," dan bukan "saksi ahli." Gayus menjelaskan, "saksi" dan "ahli" memiliki posisi yang berbeda.
Tapi, lagi-lagi Benny tidak menerima penjelasan Gayus, dan tetap ngotot memanggil "saksi ahli." Akhirnya Gayus membacakan UU terkait Pansus. Dalam salah satu pasal UU tersebut, disebutkan bahwa yang ada adalah istilah "saksi-saksi" dan "ahli-ahli." Jadi, tegas Gayus, tidak ada istilah "saksi ahli," yang ada adalah "saksi" dan "ahli."
Tetap saja, Benny tidak sependapat dan bersikukuh memangggil para ahli dengan sebutan "saksi ahli." Ia meminta Gayus untuk menghargai perbedaan pendapatnya. Namun Gayus tidak mau kompromi. "Saya larang Saudara menggunakan kata-kata yang bertentangan dengan UU, atau Saudara keluar," tukas Gayus naik pitam. Keributan pun kembali melanda keduanya.
Untunglah, kali ini rekan sefraksi Benny, Ruhut Sitompul -- yang biasanya menjadi biang onar, justru bertindak sebagai juru damai. Ia meminta Gayus dan Benny berdamai, dan bersedia untuk melakukan lobi guna mencari solusi terbaik. Rapat Pansus pun diskors selama lima menit, dan perwakilan tiap fraksi maju ke meja pimpinan rapat untuk melakukan lobi kecil.
Tidak sampai lima menit, lobi tercapai. Dalam lobi tersebut, Fraksi Demokrat menjamin untuk tidak lagi mengeluarkan kata-kata yang melanggar ketentuan UU. Akhirnya, skors dicabut dan rapat pun dilanjutkan kembali. Namun, kali ini Benny tampak sudah tak ingin lagi bertanya kepada para ahli, meskipun saat itu masih gilirannya untuk bertanya. "Saya tak butuh jawaban Anda," tukasnya singkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar