Advertisement

Page Ranking Tool

Senin, 18 Oktober 2010

Malapetaka Jakarta 2012 Versi Sutiyoso

Jakarta akan mengalami malapetaka lebih cepat dari yang diperkirakan, yakni terjadi pada 2012. Itu kata mantan Gubernur DKI, Sutiyoso. Malapetaka itu berupa macet parah dan akan tenggelam.

Jika dikaji, pernyataan Sutiyoso ini sama seperti prediksi Dinas Perhubungan DKI Jakarta tentang kemacetan. Data itu menyebutkan, pertambahan jumlah kendaraan pribadi di Jakarta mencapai 1.117 per hari atau sekitar 9 persen per tahun.

Sementara pertumbuhan luas jalan relatif tetap, sekitar 0,01 persen per tahun. Jika tak segera ada pembenahan pola transportasi, pada tahun 2014 Jakarta macet total.

Tapi Sutiyoso punya solusi untuk menhindari petaka ini. Kata dia, pembangunan transportasi massal harus segera dibangun. Kata dia, yang paling realistis adalah menyelesaikan koridor busway terlebih dahulu. Setelah itu baru menyusul monorel dan MRT. "Jika tidak maka kendaraan akan mandek, macet total," ujarnya.

Lalu malapetaka lainnya menurut Sutiyoso adalah Jakarta tenggelam. Berdasarkan data Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta penurunan tanah yang paling terlihat di Waduk Pluit Jakarta Utara. Saat ini permukaan air laut lebih tinggi 3 meter dari air waduk.

Sutiyoso juga punya tiga cara untuk mengatasinya. Pertama, secara lokal dengan cara menyedot dengan pompa dan buang ke sungai terdekat.

Kedua, masalah dari rob, dengan cara mereklamasi pantai.

Ketiga, membuat situ atau danau di Ciawi atau Sentul. Sebab Jakarta dialiri 13 sungai dari Jabodetabek.

Dengan adanya situ itu maka 3-4 aliran sungai dapat dibelokkan ke arah situ tersebut pada musim penghujan.

Selain itu jika curah hujan tinggi dapat berfungsi sebagai kantong air, sisanya masuk ke Jakarta melalui Banjir Kanal Barat dan Timur. "Namun masalahnya, bupati Bogor apa mau bikin situ yang besar?" ujarnya.

Untuk itu diperlukan konsep megapolitan dimana adanya kesatuan tata wilayah kota yang terintegrasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar