Keputusan Komisi Disiplin (Komdis) PSSI yang melarang suporter Persebaya (bonek) mengenakan atribut di seluruh stadion di Indonesia, termasuk di Stadion Gelora 10 Nopember Surabaya, membuat bonek makin geram.
"Keputusan Komding sangat melecehkan. Bukan kepada bonek saja, tapi juga Persebaya dan seluruh insan sepak bola di Surabaya," kata salah satu koordinator bonek, Nur Hasim, Jumat (19/2/2010) malam.
Dalam putusan Komding, Ketua Komding sebelumnya juga sempat mengatakan, masalah bonek memang bukan berkaitan dengan sepak bola saja, melainkan juga terkait dengan aspek ekonomi dan sosial. "Statement Rusdy Taher itu sangat menghina. Seolah-olah warga Surabaya itu miskin dan melarat," katanya.
"Berapa pun harganya tiket kita beli kok. Saat lawan Persib dan Arema itu harga tiketnya sangat mahal, soalnya sudah dijual calo, tapi kita tetap beli," lanjut Hasim.
Ia menambahkan, seharusnya PSSI bisa adil, apalagi ternyata warga Solo tidak hanya melempari kereta yang dinaiki bonek. "Jangankan bonek, kereta Viking saja dilempari. Lalu mana tindakan PSSI? Jangan diam saja," tutur pria berambut gondrong itu.
Satu kata dengan Hasim, pengasuh situs Bonek Cyber, Fendhza, mengatakan, kalau hukuman itu diberlakukan untuk tandang mungkin pihaknya bisa menerima. Namun, akan sangat aneh bila hal itu juga dilakukan saat di rumah sendiri.
"Tapi kalau di kandang saya jelas keberatan. Itu alasannya apa dan dari mana dasarnya. Mungkin hukuman ini memang agak menelanjangi. Seharusnya Komding juga harus transparan tentang dasar hukum mengapa mereka menjatuhkan hukuman seperti itu. Yang pasti sanksi itu tidak wajar," pungkas Fendhza.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar