Advertisement

Page Ranking Tool

Senin, 22 Maret 2010

Israel Kembali Lecehkan Amerika

Israel kembali melontarkan kebijakan yang provokatif. Negara Zionis itu tidak akan membatasi pembangunan pemukiman untuk rakyatnya di Yerusalem bagian timur, yang selama ini diperebutkan dengan Palestina.

Padahal, Amerika Serikat (AS) sudah berkali-kali meminta Israel untuk tidak melakukan pembangunan di wilayah itu demi membuka kembali upaya perdamaian di Timur Tengah.

Kebijakan itu diumumkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Minggu 21 Maret 2010, atau beberapa jam sebelum dia bertolak ke AS. Dia dijadwalkan bertemu dengan Presiden AS, Barack Obama, Selasa waktu setempat.

Hubungan AS dan Israel sendiri dalam beberapa hari terakhir tengah memanas. Pasalnya, AS terhina setelah Israel mempermalukan Wakil Presiden Joe Biden.

Saat menerima kunjungan Biden dua pekan lalu, pemerintah Israel dengan seenaknya mengumumkan pembangunan kawasan pemukiman Yahudi di Yerusalem bagian timur, yang selama ini juga diklaim Palestina sebagai ibukota mereka di wilayah Tepi Barat. Pengumuman Israel itu merupakan tamparan bagi Biden karena sama saja melecehkan AS, yang dari dulu sudah meminta penangguhan pembangunan sambil menunggu perundingan damai.

Netanyahu saat itu meminta maaf kepada AS atas "kesalahan prosedur" atas pengumuman itu. Namun, kini dia menegaskan bahwa pembangunan tetap akan berjalan. "Setahu kami, membangun Yerusalem itu sama dengan membangun Tel Aviv [ibukota Israel] sehingga tidak ada pembatasan," kata Netanyahu dalam rapat kabinet.

Hingga berita ini diturunkan, AS belum menanggapi pengumuman Netanyahu.

Sikap Israel atas pembangunan di Yerusalem bagian timur itu selama ini menjadi salah satu pengganjal terbesar bagi AS maupun masyarakat internasional dalam mengupayakan perdamaian di Timur Tengah. Palestina pun bersikeras bahwa tidak akan ada perdamaian selama Israel masih menguasai Yerusalem bagian timur.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Ban Ki-moon, menyerukan kepada Israel untuk menghentikan blokade atas Palestina di Jalur Gaza. Blokade itu diberlakukan sejak 2006 setelah kelompok pejuang Palestina menangkap seorang serdadu Israel.

Selain menerapkan blokade, Israel sering melancarkan serangan militer sehingga menimbulkan ribuan korban jiwa, yang banyak diantara mereka adalah perempuan dan anak-anak Palestina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar