Advertisement

Page Ranking Tool

Minggu, 21 Maret 2010

Pelawak Kirun: Golkar Seperti Tawon

Tokoh pelawak tahun 1990an, Kirun datang dalam acara 'Pagelaran Wayang Kulit' di Kantor DPP Golkar. Kepada Ketua Umum Golongan Karya Aburizal Bakrie Kirun menuturkan bahwa dirinya tidak mengaku tak mau menyekolahkan anaknya lagi.

"Percuma, susah pak Ical, sekolah juga kerjaannya berantem," ujar Kirun dalam lawakannya saat Pagelaran Wayang Kulit.

Meski sedang melawak, Kirun menuturkan benar sekali bahwa kesadaran berbudaya yang sopan dan santun saat ini semakin menurun. Itu ditandai misalnya dari pertunjukan wayang kulit yang dahulu menjadi slogan mengajar informal dan sarana hiburan, kini sudah jarang ditanggap.

Kirun memberi apresiasi Golkar bahwa mengembalikan kebudayaan bangsa dan memeliharanya seperti pagelaran malam ini perlu diteruskan.

"Golkar itu memang seperti tawon. Tawon itu menghasilkan madu untuk masyarakat. Tapi jangan ganggu tawon itu karena kalau di sengat melembung," candanya, disambut tawa peserta.
Kirun mengatakan bahwa semua yang bisa dinikmati di negara Indonesia ini adalah hasil karya Golkar. "Diakui atau tidak kita pernah merasakannya," ujar dia.

Untuk itu kepada Golkar, Kirun berharap, memperjuangkan kesejahteraan, ketenteraman dan kedamaian berbangsa dan bernegara selalu diutamakan. "Hidup dengan agama akan terarah, hidup dengan ilmu akan mudah," semboyan Kirun.

Menurut ringkasan cerita pewayangan yang digelar malam ini, adalah memainkan lakon wiroto parwo. Lakon ini adalah lakon filosofis dimana menjadi ibarat cermin kehidupan yang sedang terjadi.

Dalang Ki Anom mengisahkan bahwa tokoh ini jabatan formalnya adala hanya pembantu, tapi peran pembantu ini sangat strategis secara politik dan sungguh surealis spiritnya.
Untuk itu Semar di Pandawa membantu membaikkan Pandawa sebagai simbol kebaikan, dan Kurawa, Togog membantu mempercepat kejatuhan sebagai lambang keburukan dengan petuah yang berisi fitnah.

Kisah Wirataprawa ini merupakan bagian dari Mahabarata. Kisah dimulai dari kelicikan Kurawa saat Pandawa menagih haknya sebagai pemilik sah kerajaan. Dengan tipu daya Kurawa mengajak Pandawa bermain dadu.

Pandawa kalah. Mereka tidak hanya kehilangan hak atas negeri para Kurawa, tetapi terusuir dari negeri Indraprasta. Pandawa terasing, dan harus menjalani pengasingan selama 12 tahun.

Kisah ini mewakili Partai Golkar. Kejayaan harus tertunda akibat berbagai sebab. Sama seperti cerita kisah dalam pewayangan itu, pada akhirnya Wirata bisa terbebas dari penjajahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar