Menjelang Kongres Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang berlangsung April mendatang di Bali, partai banteng ini terus diterpa sejumlah isu. Isu utama soal kemungkinan perubahan haluannya yang diduga akan mendekati pusat kekuasaan.
Menanggapi hal itu, sejumlah fungsionaris PDIP berupaya tetap bertahan dan loyal dengan ideologi awal partainya. “Pesan dan pidato Mbak Mega di Konferda Ancol kemarin cukup jelas dan keras: PDIP jangan menjadi partai pragmatis,” kata Ganjar Pranowo, anggota Steering Committee Kongres PDIP,
Ganjar tak menepis adanya wacana berbeda mengenai arah dan masa depan PDIP. “Itu diskursus internal untuk pendewasaan partai. Biarlah segala perbedaan yang ada diselesaikan dalam Kongres nanti,” ujar Ganjar. Yang jelas, kata Ganjar, tugas PDIP ke depannya adalah untuk mengembalikan partai ke track ideologis, sehingga tidak larut dalam track pragmatis.
“Ke depan, masing-masing partai politik harus mempunyai warna yang tegas, agar rakyat bisa membedakan antara Partai A dan Partai B,” kata Ganjar. Ia menambahkan, bila tiap partai tidak menentukan dengan tegas ideologi politiknya, maka tidak ada artinya keberadaan berpuluh-puluh parpol yang eksis di tanah air. Hal semacam itu bisa dianggap pemubaziran belaka.
Menurut Ganjar, PDIP sudah mempunyai modal awal untuk membangun warna dan ideologi partai yang kuat. “Momentumnya sudah berawal dari angket Century kemarin,” tutur Ganjar.
Kini, PDIP tinggal menindaklanjutinya dengan membangun kaderisasi yang kokoh dan program-program yang merakyat dan berkesinambungan. “Tidak hanya program lima tahun sekali menjelang Pemilu, tapi program day to day yang menjangkau lapisan masyarakat terbawah. Itu tantangan PDIP,” ujar Ganjar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar