Wakil Presiden Boediono mengatakan pendidikan di Indonesia bukan hanyat bertujuan untuk mendapatkan lembaran ijazah. Pendidikan di Indonesia seharusnya merupakan sarana untuk melahirkan pemimpin.
Hal ini dikatakan Boediono saat melakukan pertemuan dengan komunitas pendidikan di SMA Negeri 40, Pademangan, Jakarta Utara. "(Pendidikan) tidak hanya mengikuti arus untuk dapat lembar yang namanya ijazah. Itu baik, (karena) tahapan-tahapan evaluasi dari keterampilan dan sebagainya, di secarik kertas," kata Boediono.
Seharusnya, lanjut Boediono, pendidikan Indonesia merupakan upaya untuk melahirkan siswa jadi calon pemimpin masa depan. Tuntutan persyaratan seorang calon pemimpin di era globalisasi pun semakin banyak.
"Bukan hanya untuk atasi masalah lokal. Tapi juga untuk menghadapi masalah-masalah global," ujar Boediono.
Masalah global ini, bisa datang dari negeri yang jauh sekalipun, salah satunya adalah krisis ekonomi. "Krisis bisa tiba-tiba datang, tidak bisa kita hindari. Harus ada standar pengetahuan untuk menghadapi ini," ucap ekonom asal Universitas Gadjah Mada ini.
Dalam silaturahmi dengan komunitas pendidikan ini, Pemerintah juga menyerahkan sejumlah bantuan pendidikan kepada berbagai sekolah. Bantuan diberikan oleh Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, dan Bank Tabungan Negara, masing-masing senilai Rp 50 juta dan Bank Syariah Mandiri sebesar Rp 25 juta.
Sedangkan dari Pemerintah, Menteri Agama Suryadharma Ali menyerahkan bantuan sebesar Rp 600 juta untuk sejumlah Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Ibtidaiyah. Adapun Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh menyerahkan dana pendidikan sebanyak Rp 27,8 milyar untuk semua SD, SMP, dan SMA di seluruh Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar