Megawati Soekarnoputri akan tetep kokoh bertengger di pucuk pimpinan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan hingga tahun 2015. Itulah hasil Konfercab dan Konferda PDIP di berbagai daerah di Indonesia, yang akan dikukuhkan pada Kongres PDIP di Bali, April mendatang.
Wacana regenerasi kepemimpinan ini, suka tak suka, tak bisa ditunda lebih lama lagi. Putra-putri Megawati, Puan Maharani dan Prananda Prabowo, disebut-sebut sedang dipersiapkan ibundanya untuk meneruskan tongkat estafet kepemimpinan di tubuh partai banteng tersebut.
“Politik dinasti tidaklah haram,” kata fungsionaris PDIP, Eva Kusuma Sundari, kepada VIVAnews, Rabu 24 Maret 2010. Terlebih, kata Eva, PDIP lebih banyak disokong oleh pemilih tradisional yang merupakan die hard voters – pada pendukung fanatik Soekarno.
“Ingat, PDIP identik sebagai partai kelanjutan PNI. Oleh karena itu, trah Soekarno masih marketable di kalangan pemilih PDIP,” ujar Eva.
PNI yang dimaksud Eva ialah Partai Nasional Indonesia, partai politik yang diasosiasikan dengan Soekarno. Jadi, kata Eva, apabila PDIP dipimpin oleh tokoh yang tidak memiliki kaitan historis ataupun hubungan darah dengan Soekarno, maka PDIP belum tentu menarik di mata konstituennya.
Eva juga mengingatkan, tanpa Mega, PDIP mungkin tidak sesolid saat ini. “Mega bisa terangkat dan didukung bukan hanya karena kapabilitasnya semata, tapi juga karena ia keturunan langsung Soekarno,” tutur Eva.
Menurutnya, jika saat ini PDIP dipimpin oleh figur lain, maka bukan tak mungkin mereka terpecah belah. Eva pun membenarkan bahwa Puan dan Prananda saat ini sedang dipersiapkan untuk menggantikan Megawati pasca-2015.
“Ini sudah periode terakhir Mbak Mega memimpin PDIP. Itu pun beliau tidak akan maju pada Pilpres 2014,” ujar Eva.
Dengan demikian, imbuhnya, sudah pasti PDIP akan memunculkan figur lain pada Pemilu 2014. “Tidak mungkin partai sebesar PDIP tidak punya calon sendiri,” kata Eva. Namun, kata Eva, siapa pengganti Mega di tahun 2015 nanti akan diputuskan oleh Megawati sendiri.
Hingga 2015 nanti, tutur Eva, PDIP memberi waktu kepada Puan dan Prananda untuk mengembangkan diri terlebih dahulu. “Ini kesempatan bagi mereka untuk membuktikan diri,” kata Eva. Apalagi, saat ini keduanya belum dianggap cukup matang untuk mengambil alih kepemimpinan PDIP. Namun, siapakah di antara keduanya yang cenderung lebih dianggap pantas untuk menggantikan Megawati?
Eva mengaku, kalangan internal PDIP pun belum tahu. Tapi ia menyatakan, keduanya tak harus bersaing satu sama lain. Eva mencontohkan fenomena Priyanka dan Rahul Gandhi di India. Keduanya adalah putra-putri Rajiv dan Sonia Gandhi, tokoh ternama Dinasti Gandhi. “Priyanka dan Rahul saling membantu satu sama lain. Mereka tidak berseteru,” kata Eva. Hal seperti inilah yang diinginkan PDIP dari Puan dan Prananda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar